Rabu, 14 November 2012

Budidaya Tanaman Cabe (Capsicum Annum var longum)



PENDAHULUAN

Cabai (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia, Karena buahnya selain dijadikan
sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani,
sebagai bahan baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C.

SYARAT TUMBUH

1. Tanah
- Tanah berstruktur remah/ gembur dan kaya akan bahan organik.
- Derajat keasaman (PH) tanah antara 5,5 - 7,0
- Tanah tidak becek/ ada genangan air
- Lahan pertanaman terbuka atau tidak ada naungan.

2. Iklim

- Curah hujan 1500-2500 mm 
  pertahun dengan distribusi 
  merata.
- Suhu udara 16° - 32 ° C
- Saat pembungaan sampai 
  dengan saat pemasakan buah,
  keadaan sinar
  matahari cukup (10 - 12 jam).

TEKNIK BUDIDAYA

1. Persemaian
-    Kebutuhan benih setiap hektar pertanaman adalah 150 - 300 gram dengan daya
     tumbuh lebih dari 90 %.
-   Siapkan media semai dari tanah, pasir dan pupuk kandang dengan
     perbandingan 1:1 yang dibuat bedengan setinggi ± 20 cm, lebar ± 1 m dan panjang 3-5 m   
     serta diberi naungan dari jerami atau alang-alang/ daun kelapa.
-   Sebar benih secara merata atau ditebar dalam garikan dengan jarak antar   garitan 5 cm dan    
    ditutup tanah tipis-tipis lalu disiram. Pertahankan kelembaban
     tanah tetap baik agar biji cepat tumbuh
-   Setelah bibit berumur 10 hari, maka dilakukan pengkokeran untuk memudahkan
penanaman dan mencegah kematian pada waktu tanaman dipindahkan.Sebagai koker dapat digunakan daun pisang , daun kelapa atau kantong plastik. Bibit yang telah dikoker ditempatkan dibawah naungan persemaian.
-   Sekitar lima hari sebelum bibit dipindahkan naungan pada persemaian dibuka atau dikurangi
     supaya bibit terbiasa kena sinar matahari.

2. Pengolahan Tanah
-   Satu minggu sebelum tanam lahan sudah siap, meliputi mencangkul/ bajak dan pembuatan    
    bedengan.
-   Ukuran bedengan tinggi ± 30 cm, lebar 1-1,5 m dan panjang sesuai kebutuhan petakan dengan
     jarak antar bedengan + 30 cm.
-   Berikan pupuk kandang dengan dosis 20-30 ton/ ha.
-   Bila dipergunakan mulsa dari plastik dapat dipasang setela dilakukan
    pemupukan pupuk kandang den bile dipergunakan mulsa dari limbah tanaman seperti dang-
    slang den sisa-sisa tanaman dapat diberikan setelah penanaman bibit.

3. Penanaman
-   Bibit dapat dipindahkan pada umur 28-35 hari setelah semai dengan daun 5 – 7 helai.
-   Pilih bibit yang tinggi den besarnya seragam. Tanam bibit dengan posisi tegak dan tekan  
    sedikit tanah disekeliling batang tanaman.
-   Siram tanaman secukupnya setelah tanam dengan penyiraman berikutnya dilakukan 2 hari
    sekali bila tidak ada hujan.

4. Pemupukan

Diberikan dengan dosis dengan aplikasi sebagai berikut:
-  Pupuk kandang 20 ton / ha.
-  Aplikasi seminggu sebelum tanam.
-  Urea 150 kg/ ha, umur 3,6,9 minggu setelah tanam dengan dosis  
   1/3 setiap aplikasi.
-  ZA 400 kg/ ha. Umur 3,6,9 minggu setelah tanam dengan dosis 1/3   
   setiap aplikasi.
-  TSP - 36 : 150 kg/ ha, aplikasi seminggu sebelum tanam.
-  KCL :100 kg/ ha, umur 3,6,9 minggu setelah tanam dengan dosis
   1/3 setiap aplikasi.
-  Untuk lebih meningkatkan hasil dapat diberikan pupuk pelengkap
   cair Tress dengan dosis 500 1/ ha, pada umur 20 hari setelah   
   tanam. Umur   30 hari setelah tanam 500 liter /ha. Umur 40 hari 
   setelah tanam 500 liter /ha dan 50 hari setelah tanam 500 liter /ha.

5. Pemeliharaan

-  Lakukan penyulaman bile ads tanaman yang mati pada pagi / sore hari.
-  Pemasangan ajir dapat dilakukan pada saat penanaman atau setelah tanaman
   setinggi 30 s/d 50 cm dan langsung diikat, panjang ajir + 1,5 m.
-  Siangi pertanaman sebelum dilakukan
    pemupukan bila terdapat gulma.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit yang wereng menyerang tanaman cabe adalah
hama kutu, daun persik, ulat, grayak, hama trips, penyakit busuk buah, bercak daun dan busuk  batang.
-   Untuk Hama Kutu Daun Persik dapat dipakai Curacron , Tohuthion.
-   Hama ulat Grayak digunakan Methrin, Dimilin dan Atabron
-   Hama Trips digunakan Nogos, Nuracran, Malathion.
-   Penyakit Bercak Daun, Busuk Batang dan Busuk Buah digunakan Antracol,Dithane, M-45,  
    Cupapit, Dipolatan AF.

7. Panen

-  Panenlah cabe, bila cabe warna buahnya lebih dari 60 % (Warna buah masih belang hitam).
-  Pemanenan dapat dilakukan setiap 3-5 hari sekali secara terus menerus sampai
    tanaman tidak menghasilkan.
-  Sewaktu panen sertakan tangkai buahnya, lakukan secara selektif dan hati - hati
    agar bunga, buah agar batang tidak rontok/ rusak.

Senin, 12 November 2012

MEMBUAT BIBIT MURNI JAMUR TIRAM



A. PENDAHULUAN
            Awal dari budidaya jamur membutuhkan biakan murni yang bebas dari kontaminasi dan memiliki sifat-sifat genetik yang baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. Suatu industri jamur di luar negeri biasanya mempunyai tempat mengoleksi biakan yang disebut bank miselium jamur (Mushroom mycelium bank). Keberhasilan seorang pengusaha atau petani dalam budidaya jamur sangat tergantung pada cara pemeliharaan dan penyimpanan biakan murni miselium jamur. Sehingga jamur tetap dapat memproduksi tubuh miselium jamur. Sehingga jamur tetap memproduksi tubuh buah dengan produktivitas tinggi dan kualitas yang baik.
            Biakan murni jamur merupakan miselium jamur yang tumbuh pada media agar-agar miring di tabung kaca. Biakan murni biasanya mempunyai data paspor minimum yang menjelaskan nama biakan tersebut, tanggal inokulasi dibuat dan asal pembuat beserta alamatnya. Biakan murni suatu jamur dapat diperoleh disuatu institusi yang menangani koleksi biakan murni mikroorganisme atau laboratorium yang sedang bekerja menggunakan jamur tersebut. Apabila membeli biakan murni maka harus diketahui dengan  pasti urutan keturunannya. Hal ini sangat penting agar dapat diperhitungkan berapa kali perbanyakan yang dapat dibuat sendiri. Untuk selanjutnya biakan murni tersebut diperbanyak menjadi biakan induk yang dapat menjadi inokulum untuk membuat bibit induk atau bibit produksi.
            Untuk membuat biakan murni dan juga biakan induk harus dilakukan secara aseptic dengan menggunakan teknik mikrobiologi.

B.     PENTINGNYA TEKNIK MIKROBIOLOGI DALAM PEMBIBITAN JAMUR
            Biakan tersebut harus murni dan tidak terkontaminasi oleh organisme lain.  Selain itu kemampuan untuk memperlakukan biakan murni tersebut sampai diperoleh bibit jamur juga merupakan faktor penting yang harus dikuasai oleh pembibit jamur. Agar didapatkan bibit jamur sesuai dengan yang diinginkan maka pengetahuan teknik mikrobiologi harus diketahui dan dipraktikkan dengan baik oleh pembibit jamur atau petani jamur. Teknik mikrobiologi sendiri mengandung pengertian semua teknik yang dilakukan dengan aturan tertentu untuk menangani semua pekerjaan yang berhubungan dengan mikrob.
            Dalam pembibitan jamur, terutama dalam pembuatan biakan murni dan biakan induk, semua tahap kegiatan harus dilakukan dengan teknik mikrobiologi. Dengan penerapan teknik mikrobiologi ini akan mendukung keberhasilan dalam pembuatan bibit jamur. Beberapa tahap kegiatan pembibitan jamur yang dilakukan dengan teknik mikrobiologi  diantaranya dengan pembuatan media biakan, sterilisasi media, pembuatan media agar-agar cawan dan media agar-agar miring, pemindahan biakan jamur, pembuatan biakan murni, pemeliharaan biakan murni dan pembuatan biakan induk.
C.  PEMBUATAN MEDIA BIAKAN   
            Media merupakan suatu substrat untuk menumbuhkan jamur. Yang umum digunakan di dalam laboratorium yaitu media biakan yang menggunakan bahan pemadat berupa agar-agar.
            Berdasarkan pada macam bahan yang digunakan, media untuk membiakkan jamur ada tiga macam, yaitu media alam, media semi sintetik, dan media sintetik. Dalam media alam, komposisi zat gizi tidak dapat diketahui dengan pasti setiap waktu karena komposisinya berubah-ubah bergantung pada bahan asalnya seperti kentang, merang, serangga dan lain sebagainya. Dalam media semi-sintetik, selain bahan alam digunakan pula zat kimia yang komposisinya diketahui dengan tepat. Contoh media semi sintetik yaitu agar-agar dekstrosa kentang (AKD) yang dikenal pula sebagai patato dextrose agar (PDA). Agar-agar yang umum digunakan pada pembuatan media ADK ialah agar-agar murni berupa tepung yang dijual dalam kemasan satu pound dengan merk dagang Bacto dan Oxoid. Jika menggunakan agar-agar jenis ini cukup menggunakan 15 g agar-agar tepung untuk 1.000 ml media, sedangkan jika menggunakan agar-agar batang harus sebanyak 20 – 25 g. Sedangkan pada media sintetik, semua kandungan nutrisinya diketahui dengan tepat misalnya agar-agar Czapek. Media untuk menumbuhkan jamur pangan umumnya merupakan media alam dan semi-sintetik.
            Media yang umumnya digunakan untuk membuat biakan murni suatu jamur ialah media agar-agar dekstrosa kentang, agar-agar ekstrak khamir dekstrosa, agar-agar ekstrak malt dan agar-agar lengkap.
            Semua jenis media tersebut dapat digunakan sebagai media  untuk mengisolasi dan meremajakan biakan murni jamur. Media agar-agar dektrosa kentang merupakan media yang paling murah diantara media agar-agar lainnya. Berikut ini beberapa macam media biakan murni dan cara pembuatannya.

A.    Media Agar-Agar PDA

1.      Bahan Media agar-agar PDA
Kentang (dikupas lalu dipotong-potong) ..................................               200 g
Dektrosa ...................................................................................                  20 g
Agar-agar batang  ....................................................................                  20 g
Air suling .................................................................................                1.000 ml

2.   Cara membuat media PDA
            Cuci bersih kentang yang belum dikupas, jangan sampai masih ada tanah. Timbang kentang sebanyak yang dibutuhkan, kemudia potong-potong setebal 1 cm. Didihkan potongan kentang dalam panci berisi 1 liter air destilasi hingga menjadi lunak (sekitar 15 menit)
         Setelah lunak, keluarkan potongan kentang dan saring air rebusannya. Tambahkan air destilasi ke dalam air rebusan hingga keseluruhannya mencukupi 1 liter. Selanjutnya, pindahkan ke dalam panci tim, lalu tambahkan dekstrosa atau gula putih dan agar-agar. Didihkan campuran tersebut sambil diaduk secara kontinu.
                 Setelah mendidih, saring dengan kain kasa dan tuang ke dalam botol-botol pipih atau botol bekas saus tomat yang sudah bersih hingga setinggi 2,5 cm dari dasar botol. Untuk biakan inti, tuang media PDA sebanyak 10 ml ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya, tutup botol dan tabung reaksi yang berisi media PDA dengan kapas yang dipadatkan. Bungkus tutup kapas dengan alumunium foil, lalu ikat dengan benang kasur agar tutup tidak terlepas saat media disterilkan.
            Sterilkan media PDA dalam autoklaf selama 15 menit pada tekanan 15 psi (pound per square inchi) atau kukus tiap hari 1 jam selama 3 hari berturut-turut. Setelah disterilkan, letakkan botol atau tabung reaksi berisi media dalam posisi miring pada saat media masih cair sehingga nanti diperoleh permukaan media yang lebih luas. Kemiringan dibuat sedemikian rupa sehingga media tidak menyentuh kapas.

3.   Penyimpanan
      Media yang tidak segera dipakai dapat disimpan dalam tempat dingin atau refrigerator selama tujuh bulan atau lebih, sepanjang media tidak mengering. Media yang terkontaminasi sebelum digunakan harus dibuang. Media yang terkontaminasi biasanya tampak pertumbuhan mikroorganisme sebelum diinokulasi. Oleh karena itu sebelum digunakan, media tersebut dibiarkan dahulu paling tidak selama 12 jam setelah sterilisasi inokulasi agar adanya kontaminasi dapat diketahui.

b.      Media agar-agar Ekstrak Khamir Dekstrosa

1.      Bahan
Kentang (dikupas lalu dipotong-potong) ...................................                    250 g
Dekstrose  ..................................................................................                    .10 g
Ekstrak khamir...........................................................................                     10 g
Agar-agar batang ......................................................................                     20 g
Air suling ................................................................................                   1.000 ml
Cara membuatnya sama dengan  media agar-agar kentang  dekstrosa kemudian ditambah ekstrak khamir

c.  Media Agar-Agar Ekstrak  Malt

Bahan
Ekstrak malt ..........................................................................................             25 g
Agar-agar batang ..................................................................................             25 g

Air suling  ............................................................................................         1.000 g

Cara membuat

Agar-agar batang dimasak dengan air sampai agar-agarnya melarut, kemudian ditambah ekstrak malt dan diaduk sampai merata.
d.       Media agar-agar lengkap
Bahan
MgSO4. 7 H2O      ............................................................................              0,5 g
KH2PO4       .....................................................................................               0,46 g
K2HPO4  .........................................................................................                1,00 g
Pepton bakteriologi   ........................................................................               2,00 g
Dekstrosa  ....................................................................................                 20,00 g
Tiamina – HCL .  .........................................................................                0,50 mg
Agar-agar    .....................................................................................              20      g
Air suling .........................................................................................               0      g    



Cara membuat  

Agar-agar batang  dimasak dengan air sampai  agar-agarnya melarut,  kemudian

bahan lainnya dimasukkan ke dalamnya sampai merata.  umum digunakan untuk memelihara biakan jamur

e.   Media Dedak
Media ini diperbanyak untuk memperbanyak biakan murni. Di Filipina media ini umumnya digunakan untuk jamur kuping, merang dan tiram.
Bahan
Dedak padi  ..............................................................................................     200 g
Gelatin .....................................................................................................         20  g
Air suling .................................................................................................   1.000 ml
Cara membuat
            Dedak padi didihkan selama 10 menit, kemudian disaring dan ekstraknya dicampur dengan gelatin.

D.    PEMBUATAN MEDIA AGAR-AGAR
1.      Pembuatan media agar-agar cawan
            Cawan-cawan petri steril diletakkan di meja. Di dekat cawan tersebut disiapkan pembakar spiritus atau pembakar bunsen yang sudah dinyalakan. Saat penuangan media dapat dilakukan di dalam lemari inokulasi atau aparat alir udara berlapis (laminar airflow apparatus). Saat menuang media ke dalam cawan petri harus dilakukan secara aseptik. Teknik ini dapat dilakukan dengan mengikuti taha-tahap sebagai berikut :
1.      Botol atau tabung yang berisi media steril yang telah cair dikeluarkan dari penangas air dan suhunya dibiarkan menurun sampai mencapai kurang lebih 450C pada suhu ini botol dapat dipegang tanpa menggunakan lap atau alat bantu.
2.      Sumbat botol atau tabung diangkat dengan tangan kiri.
3.      Mulut botol atau tabung dipanaskan di atas api dengan cara melakukan bolak balik sebanyak dua kali di atas api. Jagalah supaya sudut kemiringan tabung tidak melebihi 450C bila tidak bersumbat.
4.      Tutup cawan petri dibuka dengan menggunakan sisa jari tangan kiri dan media sebanyak 12 – 15 ml dituangkan secara aseptik.
5.      Cawan ditutup dan media di dalam cawan dibiarkan menjadi dingin dan padat. Media ini dinamakan media agar-agar cawan.
b. Pembuatan media agar-agar miring
            Media agar-agar miring disiapkan langsung dalam tabung-tabung reaksi yang panjangnya 15 cm dan diameter 1,5 – 2,0 cm atau botol-botol pipih.
Prinsip pembuatan agar-agar miring ialah membuat permukaan media seluas-luasnya di dalam tabung atau botol. Hal penting yang perlu diperhatikan yaitu media jangan sampai menyentuh sumbat. Berikut ini tahap-tahap pembuatan media agar-agar miring.
1.      tabung diisi dengan media sumbat sebanyak seperlima sampai seperempat tinggi tabung.
2.      tabung ditutup dengan sumbat dan tabung yang telah berisi media ini disterilkan dalam autoklaf pada tekanan 15 lb/in2  dan suhu 121 0 C selama 15 menit.
3.   Tabung dikeluarkan dari autoklaf setelah proses sterilisasi selesai. Tabung diletakkan di atas papan miring atau tabung diletakkan dalam posisi miring membentuk sudut kurang lebih 160
4.   Media dibiarkan menjadi padat sehingga akan tampak agar-agar dengan posisi miring di dalam tabung.

E.  ISOLASI ORAGANISME UNTUK MENDAPATKAN BIAKAN MURNI
            Untuk mendapatkan biakan murni miselium jamur merang maka harus dilakukan isolasi dari jaringan atau spora atau mendapatkan subkultur biakan murni yang telah ada. Bahan dan alat yang diperlukan untuk isolasi jaringan dan memperbanyak biakan murni antara lain.
1.      Media agar miring steril dalam botol atau dalam tabung reaksi,
2.      Lampu alkohol, scalpel, gunting, forceps, jarum pindah dengan tangkai yang tidak menghantarkan panas.
3.      Larutan  kloroks 0,5 – 1,0 serta
4.      Kotak pindah atau kain kasa berukuran 50 cm x 50 cm.
            Isolasi bagian dari jamur harus dilakukan dalam ruang isolasi atau dalam kotak isolasi yang dilengkapi dengan lampu UV untuk sterilisasi. Bila keduanya tidak tersedia, isolasi dapat dilakukan diatas meja dengan permukaan ubin keramik atau talko yang telah dialasi kain kasa. Kain kasa sebelumnya dibasahi dengan kloroks 1 %.  Ruang isolasi atau kotak isolasi sebelum digunakan harus disemprot dengan kloroks atau larutan antiseptik lain seperti alkohol  40 %.
            Sebelum melakukan isolasi, tangan harus disterilkan dengan alhohol 40 % karena prosedur isolasi harus dilakukan setreril atau seaseptik mungkin untuk menghindari terjadi kontaminasi. Nila menggunakan lampu UV untuk mensterilkan ruangan, nyalakan lampu minimal satu jam sebelum isolasi dilakukan. Kemudian matikan lampu minimal 30 menit sebelum ruang digunakan untuk menghilangkan pengaruh sinar UV bagi manusia. Bila ruangan cukup steril, kotak isolasi tidak diperlukan lagi. Isolasi dapat dilakukan di meja biasa untuk memudahkan bekerja, apalagi bila jumlah biakan yang diperlukan sangat banyak.
            Dalam mengisolasi jamur, dapat dilakukan beberapa macam cara seperti isolasi kultur jaringan, kultur monospora atau multispora, maupun dibiakkan dari kultur murni yang telah ada dari bank miselium atau laboratorium jamur yang dipercaya.
1.      Isolasi dengan kultur jaringan
            Cuci jamur sebelum isolasi. Celupkan scalpel dalam alcohol 70% dan bakar dengan lampu atau bunsen ingá merah membara. Biarkan scalpel dingin selama 10 detik. Kemudian, belah jamur memanjang mulai dari tudung ke arah cawan atau volva.
            Celupkan jarum pindah ke dalam alcohol, lalu bakar dan dinginkan. Ambil sepotong kecil jaringan bagian dalam jamur dan segera pindahkan jaringan tersebut pada permukaan media agar (PDA) dalam botol/tabung reaksi/cawan petri. Lewatkan mulut botol/tabung reaksi/cawan petri pada api lampu alcohol setiap kali dibuka, dan pegang dengan jari kelingking kapas penutup botol.
Pindahkan 3-4 potong jeringan masing-masing dalam botol yang terpisah.
            Setelah isolasi, inkubasikan media yang telah diinokulasi dalam suhu ruang tanpa lampu. Tiga sampai empat hari kemudian, jeringan sel  jamur yang diisolasi akan tertutup oleh miselium jamur berwarna putih. Kemudian miselium akan menyebar keseluruh permukaan agar.
            Bila pada pertumbuhan miselium terdapat pertumbuhan yang berwarna kekuningan, kehijauan, atau kehitaman, berarti isolasi tersebutgagal karena terkontaminasi. Isi botol tersebut harus dibuang, tidak boleh digunakan lagi. Pertumbuhan berwarna krem kebasahan merupakan kontaminasi berupa bakteri, biakan inipun tidak boleh digunakan.
            Isolasi jamur yang berhasil bila hanya tampak miselium berwarna putih dimulai dari sekitar jaringan jamur yank diintroduksi atau diisolasi. Bila tidak langsung digunakan, biakan ini disimpan dalam refrigerator dengan suhu 50 C.

2.      Isolasi dengan kultur monospora atau multispora
            Monospora atau spora tunggal yang fertil memberikan hasil isolasi jamur yang baik, terutama untuk jamur merang. Cara isolasi dengan kultur monospora atau multispora hampir sama dengan isolasi menggunakan jaringan sel jamur.
Dalam hal ini jaringan digantikan dengan spora. Dengan cara ini peluang untuk mendapatkan strain baru lebih besar. Bila hasil isolasi digunakan dalam buididaya jamur, biakan tersebut harus melalui uji seleksi sebelum disimpan atau digunakan.
            Hal yang sama juga perlu dilakukan bila isolasinya menggunakan kultur multispora.
3.      Subkultur dari laboratorium jamur
         Selain membuat isolasi jamur sendiri, seseorang boleh meminta atau membeli kultur murni dalam tabung dari suatu laboratorium jamur atau bank miselium. Kultur tersebut harus sudah diuji kemurnian dan produktivitasnya karena perubahan sifat dari jamur mungkin terjadi dalam kultur hasil reisolasi. Biakan murni juga dapat dimulai dari botol bibit, bibit yang dipindahkan ke media miring dalam  botol atau tahung reaksi. Namun resiko kemunduran.genetik agak besar karena tidak diketahui sudah berapa kali dipindahkan bibit yang kita isolasi tersebut.
F.  PERBANYAKAN BIAKAN MURNI
               Dalam beberapa hal, kultur jaringan atau kultur spora, akan memperlihatkan sifat yang sama dengan induknya. Akan tetapi juga sering dilaporkan bahwa kultur jaringan jamur menghasilkan strain yang berbeda dengan strain induk. Oleh karena itu,  dirasakan perlu dilakukan pengujian kemampuan berproduksi bagi setiap kultur  biakan murni baru. Hal ini untuk mengetahui apakah biakan murni jamur tersebut tidak berbeda strain dengan strain induk sebelum biakan tersebut digunakan atau didepositkan.
          Setelah dideteksi dan diuji,  maka untuk perbanyakan dan budidaya biakan murni hasil isolasi sudah siap untuk diperbanyak dalam tabung reaksi dengan media PDA sebagai persediaan    biakan murni. Biakan ini dapat langsung  digunakan atau disimpan.
          Biakan murni yang akan disimpan biasanya diberi minyak mineral  untuk menghambat pertumbuhan sehingga tidak terjadi kemunduran sifat-sifat jamur. Caranya ialah biakan murni pada tabung reaksi dibiarkan tumbuh  pada kondisi optimum selama seminggu. Kemudian tabung reaksi tersebut ditutup rapat dengan kertas parafin (atau gunakan tabung reaksi bertutup putar/ screw test tube) dan atau tuangkan secara aseptik minyak mineral ke dalam biakan jamur tersebut. Selanjutnya simpan biakan dalam lemari pendingin biasa pada suhu 5 – 10o C.  Dengan cara ini,  biakan tetap dalam keadaan baik untuk waktu lama (2-3 tahun).
         Biakan murni hasil isolasi pertama dari jamur disebut generasi F1 (berikan kode F1 untuk biakan ini). Dari biakan F1 dapat dihasilkan beberapa botol pipih biakan F2 dan seterusnya. Dari satu tabung F1 dapat diproduksi seribu botol atau kantung plastik bibit. Jangan menggunakan biakan yang merupakan generasi di atas F7 atau F8. Setelah  baiakan generasi F7 atau F8 harus dilakukan isolasi kembali untuk mendapatkan biakan murni baru (F1)  agar penurunan kualitas dan kuantitas produksi terhindar.
         Setelah biakan murni disimpan cukup lama pada suhu rendah atau setelah beberapa kali reisolasi, mutasi atau kemunsuran generasi dapat saja terjadi. Mutasi atau kemunduran  generasi dapat dideteksi pada fase miselium. Sebagai contoh, bila pertumbuhan biakan tampak sangat lambat atau tertekan dibanding dengan pertumbuhan sebelum penyimpanan, hal ini berarti biakan murni tersebut tidak dapat digunakan lagi. Demikian halnya bila dalam satu media biakan tampak ada satu sektor pertumbuhan miselium yang abnormal. Namun tidak selalu kemunduran generasi dapat dideteksi pada fase miselium. Oleh karena itu, uji produksi harus selalu dilakukan untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Dengan demikian, disarankan kepada pengusaha bibit untuk mempunyai kumbung guna menguji produktivitas bibit yang dihasilkan.
         Ke dalam biakan murni yang siap digunakan untuk membuat atau mempersiapkan bibit induk (master spawn)tidak perlu diberikan minyak mineral. Untuk menghasilkan bibit yang baik hendaknya selalu menggunakan biakan murni yang berumur satu minggu setelah tanam. Bila biakan murni telah diawetkan dengan minyak mineral dan atau disimpan dalam refrigenerator maka pengaruh minyak mineral dan suhu rendah harus dihilangkan. Minyak mineral harus dibuang dahulu kemudian diinkubasi pada kondisi optimum untuk pertumbuhannya selama 24 jam. Setelah biakan murni dapat digunakan.

G.  KESIMPULAN
   1.  Biakan murni jamur merupakan miselium jamur yang tumbuh pada media agar-agar miring di tabung kaca. Biakan murni biasanya mempunyai data paspor minimum yang menjelaskan nama biakan tersebut, tanggal inokulasi dibuat dan asal pembuat beserta alamatnya.
2.   Beberapa tahap kegiatan pembibitan jamur yang dilakukan dengan teknik mikrobiologi  diantaranya dengan pembuatan media biakan, sterilisasi media, pembuatan media agar-agar cawan dan media agar-agar miring, pemindahan biakan jamur, pembuatan biakan murni, pemeliharaan biakan murni dan pembuatan biakan induk.
3.   Media merupakan suatu substrat untuk menumbuhkan jamur. Yang umum digunakan di dalam laboratorium yaitu media biakan yang menggunakan bahan pemadat berupa agar-agar. Berdasarkan pada macam bahan yang digunakan, media untuk membiakkan jamur ada tiga macam, yaitu media alam, media semi sintetik, dan media sintetik.
4.   Media yang umumnya digunakan untuk membuat biakan murni suatu jamur ialah media agar-agar dekstrosa kentang, agar-agar ekstrak khamir dekstrosa, agar-agar ekstrak malt dan agar-agar lengkap.
      Semua jenis media tersebut dapat digunakan sebagai media  untuk mengisolasi dan meremajakan biakan murni jamur. Media agar-agar dektrosa kentang merupakan media yang paling murah diantara media agar-agar lainnya.  
5.      Dalam mengisolasi jamur, dapat dilakukan beberapa macam cara seperti isolasi kultur jaringan, kultur monospora atau multispora, maupun dibiakkan dari kultur murni yang telah ada dari bank miselium atau laboratorium jamur yang dipercaya.
6.      Dalam beberapa hal, kultur jaringan atau kultur spora, akan memperlihatkan sifat yang sama dengan induknya. Akan tetapi juga sering dilaporkan bahwa kultur jaringan jamur menghasilkan strain yang berbeda dengan strain induk. Oleh karena itu,  dirasakan perlu dilakukan pengujian kemampuan berproduksi bagi setiap kultur  biakan murni baru. Hal ini untuk mengetahui apakah biakan murni jamur tersebut tidak berbeda strain dengan strain induk sebelum biakan tersebut digunakan atau didepositkan.

Sumber Dari:

Cahyana YA., Muchroji, M. Bakrun. (1999). Jamur Tiram. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Djarijah N.M., A.S. DDjarija. (2001). Budi Daya Jamur Tiram. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Genders R. (1999). Bercocok Tanam Jamur. CV. Pionir Jaya. Bandung

Gunawan A.W. (2007). Usaha Pembibitan Jamur. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sinaga M.S. (2005). Jamur Merang dan Budi Dayanya. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suhardiman P. (1998). Jamur Shiitake. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.