Awal
dari budidaya jamur membutuhkan biakan murni yang bebas dari kontaminasi dan
memiliki sifat-sifat genetik yang baik dalam hal kuantitas maupun kualitas.
Suatu industri jamur di luar negeri biasanya mempunyai tempat mengoleksi biakan
yang disebut bank miselium jamur (Mushroom mycelium bank). Keberhasilan seorang
pengusaha atau petani dalam budidaya jamur sangat tergantung pada cara
pemeliharaan dan penyimpanan biakan murni miselium jamur. Sehingga jamur tetap
dapat memproduksi tubuh miselium jamur. Sehingga jamur tetap memproduksi tubuh
buah dengan produktivitas tinggi dan kualitas yang baik.
Biakan
murni jamur merupakan miselium jamur yang tumbuh pada media agar-agar miring di
tabung kaca. Biakan murni biasanya mempunyai data paspor minimum yang menjelaskan
nama biakan tersebut, tanggal inokulasi dibuat dan asal pembuat beserta
alamatnya. Biakan murni suatu jamur dapat diperoleh disuatu institusi yang
menangani koleksi biakan murni mikroorganisme atau laboratorium yang sedang
bekerja menggunakan jamur tersebut. Apabila membeli biakan murni maka harus
diketahui dengan pasti urutan
keturunannya. Hal ini sangat penting agar dapat diperhitungkan berapa kali
perbanyakan yang dapat dibuat sendiri. Untuk selanjutnya biakan murni tersebut
diperbanyak menjadi biakan induk yang dapat menjadi inokulum untuk membuat
bibit induk atau bibit produksi.
Untuk
membuat biakan murni dan juga biakan induk harus dilakukan secara aseptic
dengan menggunakan teknik mikrobiologi.
B. PENTINGNYA TEKNIK MIKROBIOLOGI DALAM
PEMBIBITAN JAMUR
Biakan tersebut harus murni dan tidak terkontaminasi
oleh organisme lain. Selain itu
kemampuan untuk memperlakukan biakan murni tersebut sampai diperoleh bibit
jamur juga merupakan faktor penting yang harus dikuasai oleh pembibit jamur.
Agar didapatkan bibit jamur sesuai dengan yang diinginkan maka pengetahuan
teknik mikrobiologi harus diketahui dan dipraktikkan dengan baik oleh pembibit
jamur atau petani jamur. Teknik mikrobiologi sendiri mengandung pengertian
semua teknik yang dilakukan dengan aturan tertentu untuk menangani semua
pekerjaan yang berhubungan dengan mikrob.
Dalam
pembibitan jamur, terutama dalam pembuatan biakan murni dan biakan induk, semua
tahap kegiatan harus dilakukan dengan teknik mikrobiologi. Dengan penerapan
teknik mikrobiologi ini akan mendukung keberhasilan dalam pembuatan bibit
jamur. Beberapa tahap kegiatan pembibitan jamur yang dilakukan dengan teknik
mikrobiologi diantaranya dengan pembuatan
media biakan, sterilisasi media, pembuatan media agar-agar cawan dan media
agar-agar miring, pemindahan biakan jamur, pembuatan biakan murni, pemeliharaan
biakan murni dan pembuatan biakan induk.
C. PEMBUATAN
MEDIA BIAKAN
Media
merupakan suatu substrat untuk menumbuhkan jamur. Yang umum digunakan di dalam
laboratorium yaitu media biakan yang menggunakan bahan pemadat berupa
agar-agar.
Berdasarkan
pada macam bahan yang digunakan, media untuk membiakkan jamur ada tiga macam,
yaitu media alam, media semi sintetik, dan media sintetik. Dalam media alam,
komposisi zat gizi tidak dapat diketahui dengan pasti setiap waktu karena
komposisinya berubah-ubah bergantung pada bahan asalnya seperti kentang,
merang, serangga dan lain sebagainya. Dalam media semi-sintetik, selain bahan
alam digunakan pula zat kimia yang komposisinya diketahui dengan tepat. Contoh
media semi sintetik yaitu agar-agar dekstrosa kentang (AKD) yang dikenal pula
sebagai patato dextrose agar (PDA). Agar-agar yang umum digunakan pada
pembuatan media ADK ialah agar-agar murni berupa tepung yang dijual dalam
kemasan satu pound dengan merk dagang Bacto dan Oxoid. Jika menggunakan
agar-agar jenis ini cukup menggunakan 15 g agar-agar tepung untuk 1.000 ml
media, sedangkan jika menggunakan agar-agar batang harus sebanyak 20 – 25 g.
Sedangkan pada media sintetik, semua kandungan nutrisinya diketahui dengan
tepat misalnya agar-agar Czapek. Media untuk menumbuhkan jamur pangan umumnya
merupakan media alam dan semi-sintetik.
Media
yang umumnya digunakan untuk membuat biakan murni suatu jamur ialah media
agar-agar dekstrosa kentang, agar-agar ekstrak khamir dekstrosa, agar-agar
ekstrak malt dan agar-agar lengkap.
Semua
jenis media tersebut dapat digunakan sebagai media untuk mengisolasi dan meremajakan biakan
murni jamur. Media agar-agar dektrosa kentang merupakan media yang paling murah
diantara media agar-agar lainnya. Berikut ini beberapa macam media biakan murni
dan cara pembuatannya.
A. Media Agar-Agar PDA
1. Bahan Media agar-agar PDA
Kentang (dikupas lalu dipotong-potong)
.................................. 200
g
Dektrosa
...................................................................................
20 g
Agar-agar batang ....................................................................
20 g
Air suling
................................................................................. 1.000 ml
2.
Cara membuat media PDA
Cuci
bersih kentang yang belum dikupas, jangan sampai masih ada tanah. Timbang
kentang sebanyak yang dibutuhkan, kemudia potong-potong setebal 1 cm. Didihkan
potongan kentang dalam panci berisi 1 liter air destilasi hingga menjadi lunak
(sekitar 15 menit)
Setelah
lunak, keluarkan potongan kentang dan saring air rebusannya. Tambahkan air
destilasi ke dalam air rebusan hingga keseluruhannya mencukupi 1 liter.
Selanjutnya, pindahkan ke dalam panci tim, lalu tambahkan dekstrosa atau gula putih
dan agar-agar. Didihkan campuran tersebut sambil diaduk secara kontinu.
Setelah
mendidih, saring dengan kain kasa dan tuang ke dalam botol-botol pipih atau
botol bekas saus tomat yang sudah bersih hingga setinggi 2,5 cm dari dasar
botol. Untuk biakan inti, tuang media PDA sebanyak 10 ml ke dalam tabung
reaksi. Selanjutnya, tutup botol dan tabung reaksi yang berisi media PDA dengan
kapas yang dipadatkan. Bungkus tutup kapas dengan alumunium foil, lalu
ikat dengan benang kasur agar tutup tidak terlepas saat media disterilkan.
Sterilkan
media PDA dalam autoklaf selama 15 menit pada tekanan 15 psi (pound per square
inchi) atau kukus tiap hari 1 jam selama 3 hari berturut-turut. Setelah
disterilkan, letakkan botol atau tabung reaksi berisi media dalam posisi miring
pada saat media masih cair sehingga nanti diperoleh permukaan media yang lebih
luas. Kemiringan dibuat sedemikian rupa sehingga media tidak menyentuh kapas.
3.
Penyimpanan
Media
yang tidak segera dipakai dapat disimpan dalam tempat dingin atau refrigerator selama
tujuh bulan atau lebih, sepanjang media tidak mengering. Media yang
terkontaminasi sebelum digunakan harus dibuang. Media yang terkontaminasi
biasanya tampak pertumbuhan mikroorganisme sebelum diinokulasi. Oleh karena itu
sebelum digunakan, media tersebut dibiarkan dahulu paling tidak selama 12 jam
setelah sterilisasi inokulasi agar adanya kontaminasi dapat diketahui.
b. Media agar-agar Ekstrak Khamir
Dekstrosa
1. Bahan
Kentang (dikupas lalu dipotong-potong)
................................... 250
g
Dekstrose
.................................................................................. .10 g
Ekstrak
khamir........................................................................... 10 g
Agar-agar batang
...................................................................... 20 g
Air suling
................................................................................ 1.000 ml
Cara membuatnya sama dengan media agar-agar kentang dekstrosa kemudian ditambah ekstrak khamir
c.
Media Agar-Agar Ekstrak Malt
Bahan
Ekstrak malt
.......................................................................................... 25 g
Agar-agar batang
..................................................................................
25 g
Air suling
............................................................................................ 1.000 g
Cara membuat
Agar-agar batang dimasak dengan
air sampai agar-agarnya melarut, kemudian ditambah ekstrak malt dan diaduk
sampai merata.
d. Media agar-agar lengkap
Bahan
MgSO4. 7 H2O
............................................................................ 0,5 g
KH2PO4
.....................................................................................
0,46 g
K2HPO4 .........................................................................................
1,00 g
Pepton bakteriologi
........................................................................ 2,00 g
Dekstrosa
.................................................................................... 20,00 g
Tiamina – HCL .
......................................................................... 0,50 mg
Agar-agar
.....................................................................................
20 g
Air
suling
......................................................................................... 0 g
Cara membuat
Agar-agar batang dimasak dengan air sampai agar-agarnya melarut, kemudian
bahan lainnya dimasukkan ke dalamnya
sampai merata. umum digunakan untuk
memelihara biakan jamur
e.
Media Dedak
Media ini diperbanyak untuk memperbanyak
biakan murni. Di Filipina media ini umumnya digunakan untuk jamur kuping,
merang dan tiram.
Bahan
Dedak padi
.............................................................................................. 200 g
Gelatin
..................................................................................................... 20
g
Air suling ................................................................................................. 1.000 ml
Cara membuat
Dedak
padi didihkan selama 10 menit, kemudian disaring dan ekstraknya dicampur dengan
gelatin.
D. PEMBUATAN MEDIA AGAR-AGAR
1. Pembuatan media agar-agar cawan
Cawan-cawan
petri steril diletakkan di meja. Di dekat cawan tersebut disiapkan pembakar
spiritus atau pembakar bunsen yang sudah dinyalakan. Saat penuangan media dapat
dilakukan di dalam lemari inokulasi atau aparat alir udara berlapis (laminar
airflow apparatus). Saat menuang media ke dalam cawan petri harus dilakukan
secara aseptik. Teknik ini dapat dilakukan dengan mengikuti taha-tahap sebagai
berikut :
1. Botol atau tabung yang berisi media steril
yang telah cair dikeluarkan dari penangas air dan suhunya dibiarkan menurun
sampai mencapai kurang lebih 450C pada suhu ini botol dapat dipegang
tanpa menggunakan lap atau alat bantu.
2. Sumbat botol atau tabung diangkat dengan
tangan kiri.
3. Mulut botol atau tabung dipanaskan di atas
api dengan cara melakukan bolak balik sebanyak dua kali di atas api. Jagalah
supaya sudut kemiringan tabung tidak melebihi 450C bila tidak
bersumbat.
4. Tutup cawan petri dibuka dengan
menggunakan sisa jari tangan kiri dan media sebanyak 12 – 15 ml dituangkan
secara aseptik.
5. Cawan ditutup dan media di dalam cawan
dibiarkan menjadi dingin dan padat. Media ini dinamakan media agar-agar cawan.
b. Pembuatan media agar-agar miring
Media
agar-agar miring disiapkan langsung dalam tabung-tabung reaksi yang panjangnya
15 cm dan diameter 1,5 – 2,0 cm atau botol-botol pipih.
Prinsip pembuatan agar-agar miring ialah
membuat permukaan media seluas-luasnya di dalam tabung atau botol. Hal penting
yang perlu diperhatikan yaitu media jangan sampai menyentuh sumbat. Berikut ini
tahap-tahap pembuatan media agar-agar miring.
1. tabung diisi dengan media sumbat sebanyak
seperlima sampai seperempat tinggi tabung.
2. tabung ditutup dengan sumbat dan tabung
yang telah berisi media ini disterilkan dalam autoklaf pada tekanan 15 lb/in2
dan suhu 121 0 C selama
15 menit.
3. Tabung
dikeluarkan dari autoklaf setelah proses sterilisasi selesai. Tabung diletakkan
di atas papan miring atau tabung diletakkan dalam posisi miring membentuk sudut
kurang lebih 160
4.
Media dibiarkan menjadi padat sehingga akan tampak agar-agar dengan
posisi miring di dalam tabung.
E.
ISOLASI ORAGANISME UNTUK MENDAPATKAN BIAKAN MURNI
Untuk
mendapatkan biakan murni miselium jamur merang maka harus dilakukan isolasi
dari jaringan atau spora atau mendapatkan subkultur biakan murni yang telah
ada. Bahan dan alat yang diperlukan untuk isolasi jaringan dan memperbanyak
biakan murni antara lain.
1. Media agar miring steril dalam botol atau
dalam tabung reaksi,
2. Lampu alkohol, scalpel, gunting, forceps,
jarum pindah dengan tangkai yang tidak menghantarkan panas.
3. Larutan
kloroks 0,5 – 1,0 serta
4. Kotak pindah atau kain kasa berukuran 50
cm x 50 cm.
Isolasi
bagian dari jamur harus dilakukan dalam ruang isolasi atau dalam kotak isolasi
yang dilengkapi dengan lampu UV untuk sterilisasi. Bila keduanya tidak
tersedia, isolasi dapat dilakukan diatas meja dengan permukaan ubin keramik
atau talko yang telah dialasi kain kasa. Kain kasa sebelumnya dibasahi dengan kloroks
1 %. Ruang isolasi atau kotak isolasi
sebelum digunakan harus disemprot dengan kloroks atau larutan antiseptik lain
seperti alkohol 40 %.
Sebelum
melakukan isolasi, tangan harus disterilkan dengan alhohol 40 % karena prosedur
isolasi harus dilakukan setreril atau seaseptik mungkin untuk menghindari terjadi
kontaminasi. Nila menggunakan lampu UV untuk mensterilkan ruangan, nyalakan
lampu minimal satu jam sebelum isolasi dilakukan. Kemudian matikan lampu
minimal 30 menit sebelum ruang digunakan untuk menghilangkan pengaruh sinar UV
bagi manusia. Bila ruangan cukup steril, kotak isolasi tidak diperlukan lagi.
Isolasi dapat dilakukan di meja biasa untuk memudahkan bekerja, apalagi bila
jumlah biakan yang diperlukan sangat banyak.
Dalam
mengisolasi jamur, dapat dilakukan beberapa macam cara seperti isolasi kultur
jaringan, kultur monospora atau multispora, maupun dibiakkan dari kultur murni
yang telah ada dari bank miselium atau laboratorium jamur yang dipercaya.
1. Isolasi dengan kultur jaringan
Cuci
jamur sebelum isolasi. Celupkan scalpel dalam alcohol 70% dan bakar dengan
lampu atau bunsen ingá merah membara. Biarkan scalpel dingin selama 10 detik.
Kemudian, belah jamur memanjang mulai dari tudung ke arah cawan atau volva.
Celupkan
jarum pindah ke dalam alcohol, lalu bakar dan dinginkan. Ambil sepotong kecil
jaringan bagian dalam jamur dan segera pindahkan jaringan tersebut pada
permukaan media agar (PDA) dalam botol/tabung reaksi/cawan petri. Lewatkan
mulut botol/tabung reaksi/cawan petri pada api lampu alcohol setiap kali dibuka,
dan pegang dengan jari kelingking kapas penutup botol.
Pindahkan 3-4 potong jeringan
masing-masing dalam botol yang terpisah.
Setelah
isolasi, inkubasikan media yang telah diinokulasi dalam suhu ruang tanpa lampu.
Tiga sampai empat hari kemudian, jeringan sel
jamur yang diisolasi akan tertutup oleh miselium jamur berwarna putih.
Kemudian miselium akan menyebar keseluruh permukaan agar.
Bila
pada pertumbuhan miselium terdapat pertumbuhan yang berwarna kekuningan,
kehijauan, atau kehitaman, berarti isolasi tersebutgagal karena terkontaminasi.
Isi botol tersebut harus dibuang, tidak boleh digunakan lagi. Pertumbuhan
berwarna krem kebasahan merupakan kontaminasi berupa bakteri, biakan inipun
tidak boleh digunakan.
Isolasi
jamur yang berhasil bila hanya tampak miselium berwarna putih dimulai dari
sekitar jaringan jamur yank diintroduksi atau diisolasi. Bila tidak langsung
digunakan, biakan ini disimpan dalam refrigerator dengan suhu 50 C.
2. Isolasi dengan kultur monospora atau multispora
Monospora
atau spora tunggal yang fertil memberikan hasil isolasi jamur yang baik,
terutama untuk jamur merang. Cara isolasi dengan kultur monospora atau
multispora hampir sama dengan isolasi menggunakan jaringan sel jamur.
Dalam hal ini jaringan digantikan dengan
spora. Dengan cara ini peluang untuk mendapatkan strain baru lebih besar. Bila
hasil isolasi digunakan dalam buididaya jamur, biakan tersebut harus melalui
uji seleksi sebelum disimpan atau digunakan.
Hal
yang sama juga perlu dilakukan bila isolasinya menggunakan kultur multispora.
3. Subkultur dari laboratorium jamur
Selain
membuat isolasi jamur sendiri, seseorang boleh meminta atau membeli kultur
murni dalam tabung dari suatu laboratorium jamur atau bank miselium. Kultur
tersebut harus sudah diuji kemurnian dan produktivitasnya karena perubahan
sifat dari jamur mungkin terjadi dalam kultur hasil reisolasi. Biakan murni
juga dapat dimulai dari botol bibit, bibit yang dipindahkan ke media miring
dalam botol atau tahung reaksi. Namun
resiko kemunduran.genetik agak besar karena tidak diketahui sudah berapa kali
dipindahkan bibit yang kita isolasi tersebut.
F.
PERBANYAKAN BIAKAN MURNI
Dalam
beberapa hal, kultur jaringan atau kultur spora, akan memperlihatkan sifat yang
sama dengan induknya. Akan tetapi juga sering dilaporkan bahwa kultur jaringan
jamur menghasilkan strain yang berbeda dengan strain induk. Oleh karena
itu, dirasakan perlu dilakukan pengujian
kemampuan berproduksi bagi setiap kultur
biakan murni baru. Hal ini untuk mengetahui apakah biakan murni jamur
tersebut tidak berbeda strain dengan strain induk sebelum biakan tersebut
digunakan atau didepositkan.
Setelah dideteksi dan diuji, maka untuk perbanyakan dan budidaya biakan
murni hasil isolasi sudah siap untuk diperbanyak dalam tabung reaksi dengan
media PDA sebagai persediaan biakan
murni. Biakan ini dapat langsung
digunakan atau disimpan.
Biakan murni yang akan disimpan biasanya
diberi minyak mineral untuk menghambat
pertumbuhan sehingga tidak terjadi kemunduran sifat-sifat jamur. Caranya ialah
biakan murni pada tabung reaksi dibiarkan tumbuh pada kondisi optimum selama seminggu. Kemudian
tabung reaksi tersebut ditutup rapat dengan kertas parafin (atau gunakan tabung
reaksi bertutup putar/ screw test tube) dan atau tuangkan secara
aseptik minyak mineral ke dalam biakan jamur tersebut. Selanjutnya simpan
biakan dalam lemari pendingin biasa pada suhu 5 – 10o C. Dengan cara ini, biakan tetap dalam keadaan baik untuk waktu
lama (2-3 tahun).
Biakan
murni hasil isolasi pertama dari jamur disebut generasi F1 (berikan kode F1
untuk biakan ini). Dari biakan F1 dapat dihasilkan beberapa botol pipih biakan
F2 dan seterusnya. Dari satu tabung F1 dapat diproduksi seribu botol atau
kantung plastik bibit. Jangan menggunakan biakan yang merupakan generasi di
atas F7 atau F8. Setelah baiakan
generasi F7 atau F8 harus dilakukan isolasi kembali untuk mendapatkan biakan
murni baru (F1) agar penurunan kualitas
dan kuantitas produksi terhindar.
Setelah
biakan murni disimpan cukup lama pada suhu rendah atau setelah beberapa kali
reisolasi, mutasi atau kemunsuran generasi dapat saja terjadi. Mutasi atau
kemunduran generasi dapat dideteksi pada
fase miselium. Sebagai contoh, bila pertumbuhan biakan tampak sangat lambat
atau tertekan dibanding dengan pertumbuhan sebelum penyimpanan, hal ini
berarti biakan murni tersebut tidak dapat digunakan lagi. Demikian halnya bila
dalam satu media biakan tampak ada satu sektor pertumbuhan miselium yang
abnormal. Namun tidak selalu kemunduran generasi dapat dideteksi pada fase
miselium. Oleh karena itu, uji produksi harus selalu dilakukan untuk menghindari
kerugian yang lebih besar. Dengan demikian, disarankan kepada pengusaha bibit
untuk mempunyai kumbung guna menguji produktivitas bibit yang dihasilkan.
Ke
dalam biakan murni yang siap digunakan untuk membuat atau mempersiapkan bibit
induk (master spawn)tidak perlu diberikan minyak mineral. Untuk menghasilkan
bibit yang baik hendaknya selalu menggunakan biakan murni yang berumur satu
minggu setelah tanam. Bila biakan murni telah diawetkan dengan minyak mineral
dan atau disimpan dalam refrigenerator maka pengaruh minyak mineral dan suhu
rendah harus dihilangkan. Minyak mineral harus dibuang dahulu kemudian
diinkubasi pada kondisi optimum untuk pertumbuhannya selama 24 jam. Setelah
biakan murni dapat digunakan.
G.
KESIMPULAN
1. Biakan
murni jamur merupakan miselium jamur yang tumbuh pada media agar-agar miring di
tabung kaca. Biakan murni biasanya mempunyai data paspor minimum yang
menjelaskan nama biakan tersebut, tanggal inokulasi dibuat dan asal pembuat
beserta alamatnya.
2. Beberapa
tahap kegiatan pembibitan jamur yang dilakukan dengan teknik mikrobiologi diantaranya dengan pembuatan media biakan,
sterilisasi media, pembuatan media agar-agar cawan dan media agar-agar miring,
pemindahan biakan jamur, pembuatan biakan murni, pemeliharaan biakan murni dan
pembuatan biakan induk.
3. Media
merupakan suatu substrat untuk menumbuhkan jamur. Yang umum digunakan di dalam
laboratorium yaitu media biakan yang menggunakan bahan pemadat berupa
agar-agar. Berdasarkan pada macam bahan yang digunakan, media untuk membiakkan
jamur ada tiga macam, yaitu media alam, media semi sintetik, dan media
sintetik.
4. Media
yang umumnya digunakan untuk membuat biakan murni suatu jamur ialah media
agar-agar dekstrosa kentang, agar-agar ekstrak khamir dekstrosa, agar-agar
ekstrak malt dan agar-agar lengkap.
Semua
jenis media tersebut dapat digunakan sebagai media untuk mengisolasi dan meremajakan biakan
murni jamur. Media agar-agar dektrosa kentang merupakan media yang paling murah
diantara media agar-agar lainnya.
5. Dalam mengisolasi jamur, dapat dilakukan
beberapa macam cara seperti isolasi kultur jaringan, kultur monospora atau
multispora, maupun dibiakkan dari kultur murni yang telah ada dari bank
miselium atau laboratorium jamur yang dipercaya.
6. Dalam beberapa hal, kultur jaringan atau
kultur spora, akan memperlihatkan sifat yang sama dengan induknya. Akan tetapi
juga sering dilaporkan bahwa kultur jaringan jamur menghasilkan strain yang
berbeda dengan strain induk. Oleh karena itu,
dirasakan perlu dilakukan pengujian kemampuan berproduksi bagi setiap
kultur biakan murni baru. Hal ini untuk
mengetahui apakah biakan murni jamur tersebut tidak berbeda strain dengan
strain induk sebelum biakan tersebut digunakan atau didepositkan.
Sumber Dari:
Cahyana YA., Muchroji, M. Bakrun. (1999). Jamur Tiram. PT. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Djarijah N.M., A.S. DDjarija. (2001). Budi Daya
Jamur Tiram. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta
Genders R. (1999). Bercocok Tanam Jamur. CV.
Pionir Jaya. Bandung
Gunawan A.W. (2007). Usaha Pembibitan Jamur. PT.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Sinaga M.S. (2005). Jamur Merang dan Budi Dayanya.
PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suhardiman P. (1998). Jamur Shiitake. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.